Election News – Banda Aceh – Pelaksanaan debat publik tahap kedua pasangan calon Walikota dan Wakil Wakil Walikota Banda Aceh yaitu pasangan Illiza Sa’aduddin Djamal-Farid Nyak Umar dan Aminullah Usman-Zainal Arifin berlangsung meriah dan tertib hingga akhir debat, Senin (6/2/2017) di Taman Budaya Banda Aceh.
Ketua KIP Banda Aceh, Munawar Syah mengatakan, debat publik putaran kedua itu bertajuk pembangunan sosial budaya dan pelaksanaan syariat islam di kota Banda Aceh. Paslon akan dipertanyakan terkait komitemn mereka dalam melakukan dan memberi solusi pembangunan sosial budaya dan syariat di Banda Aceh ini.
“Komitmen mereka bila terpilih sebagai Walikota Banda Aceh akan dipertanyakan, dan mampu atau tidak memberi solusi terhadap budaya dan syariat islam,” kata Munawar Syah saat memberikan sambutannya.
Kata Munawar Syah, masyarakat Banda Aceh terpolarisasi pada dua poros dukungan, sehingga tensinya akan sedikit lebih tinggi, namun harus digaris bawahi setinggi apapun kompetisi, kepentingan penyelenggaran pilkada adalah menghadirkan pemimpin secara baik.
“Kami sebagai penanggungjawab Pilkada di Banda Aceh sudah siap dalam melaksanakan pilkada pada 15 februari 2017,” ujarnya.
Munawar menghimbau, kepada pasangan calon dan tim kampanye semua level senantiasa menahan diri dan tertib, karena apabila Banda Aceh tertib maka akan menjadi teladan untuk kabupaten/kota yang lainnya.
Komitmen pasangan calon Walikota Banda Aceh
Dalam debat tahap kedua ini, pasangan nomor urut 1, Illiza Sa’aduddin Djamal-Farid Nyak Umar berjanji akan terus meningkatkan program diniyah, menurut Illiza manfaat program ini bisa membangun generasi muda yang berakhalul karimah dengan aqidah yang kuat. bersarkan surve 2004 hanya 40 persen anak di Banda Aceh yang mampu membaca Al Quran, tapi setelah program ini dilaksanakan meningkat sebesar 98 persen.
“Kami yakin jika program ini terpelihara maka insyaallah arah pembangunan Kota Banda Aceh akan terjaga,” tutur Illiza.
Sementara itu, pasangan nomor urut 2, Aminullah Usman-Zainal Arifin berpikir bahwa, masyarakat sangat membutuhkan hiburan, karena menurut Aminullah jika tidak adanya hiburan maka mereka akan lari kepada hal-hal negatif seperti narkoba yang akhirnya dapat menghancurkan Banda Aceh sendiri.
Selain itu, kalau hidupnya tempat hiburan akan banyak efek yang terjadi. Dan sangat disayangkan jika masyarakat Banda Aceh harus selalu mengeluarkan uang untuk berbelanja kelaur dari daerah, maka oleh sebab itu perlu dibuatnya tempat hiburan di Banda Aceh membangun ruang publik bertaraf internasional dengan nuansa islami.
“Dengan ini dunia usaha akan hidup, pedagang kecil akan membuka kios bahkan sampai pedagang asongan,” imbuh Aminullah
Jurnalis : Tim Media Center KIP Kota Banda Aceh
Editor : Redaksi KIP Kota Banda Aceh
